Sebaiknya Pilih Siapa ?

 

Ini Seperti Petahana Melawan Kotak Kosong?

Ada komentar di media sosial bahwa petahanan Walikota Batam seolah melawan kotak kosong alias hampir dipastikan memenangkan pemilihan Walikota Batam periode 2020-2025.

Ada keyakinan yang begitu kuat bahwa pasangan petahana tak terbendung, sementara pasangan lawan sekadar pelengkap pada kontestasi yang akan ditentukan pada 9 Desember 2020 mendatang.

Calon Walikota Batam no 1, Bapak Dr.Ir.Lukita Dinarsyah Tuwo.MA. Hingga jam 23.00 wib menerima warga yang datang untuk menyampaikan harapannya.

Keyakinan seperti itu bagus juga. Ada kepercayaan diri yang tinggi dan itu memang penting. Bukan petarung namanya jika sudah mengaku kalah sebelum bertanding.

Pasangan petahana memang memiliki waktu yang cukup panjang sebelum sampai ke hari penentuan. Mereka memiliki kemampuan untuk melakukan persiapan sejak jauh-jauh hari. Apalagi pasangan tersebut tidak “bercerai” alias mempertahankan duet yang terbentuk sejak hampir lima tahun silam.

Di samping itu, sebagai pemegang kekuasaan, pasangan petahana bahkan tidak perlu terlalu repot berkampanye untuk memperkenalkan diri mereka. Tidak diragukan, mereka sudah sangat terkenal di Kota Batam.

Sebaliknya pasangan lawan, dalam hal ini calon No 1 DR Ir Lukita Dinarsyah Tuwo MA dan Drs Abdul Basyid, M.Pd, adalah pendatang baru. Mereka harus bekerja keras untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat Kota Batam.

Masih banyak orang belum mengenal pasangan penantang ini. Siapa sih dua orang itu?

Apalagi dalam situasi seperti saat ini. Ditengah pandemi Covid-19 dimana para kandidat dilarang melakukan kampanye dengan menghadirkan massa. Situasinya tentu saja menjadi lebih rumit.

Tetapi pasangan penantang terlihat santai, juga santun. Lukita-Basyid, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19, berupaya memperkenalkan diri sekaligus mensosialisasikan program-program mereka kepada masyarakat.

Keduanya lebih banyak mengandalkan berbagai platform media sosial dalam melakukan sosialisasi.

Tidak diragukan lagi soal adanya anggapan bahwa pasangan petahana hampir dipastikan memenangkan konstestasi Pilwako 2020. Namun publik, dalam hal ini para pemilih, diharapkan untuk memberikan penilaian mereka secara obyektif.

Dr.Ir.Lukita Dinarsyah Tuwo MA. Dengan enteng menikmati makan malamnya dengan lahap.

Para pemilih sendiri sudah merasakan kinerja pemimpin yang lama. Tentu mereka mengetahui sejauh apa tingkat keberhasilannya. Dengan begitu para pemilih bisa membuat semacam evaluasi singkat; apakah pemimpin yang lama sudah cukup sukses dalam kepemimpinan mereka hampir lima tahun terakhir?

Seberapa banyak janji kampanye pada pemilihan lima tahun lalu yang telah terjawab. Misalnya soal uang wajib tahunan otorita (UWTO) yang kala itu dijanjikan untuk dihapus.

Itu hanya satu soal, dan ada sejumlah soal lainnya yang bisa ditanyakan kepada diri sendiri. Bagaimana pelayanan yang saya terima ketika mengurus KTP, Akta lahir, Kartu Keluarga, urus izin usaha, masalah sampah, dan banyak lagi layanan publik lainnya.

Ada cerita jauh di Rusia sana, di Kota Kostroma, soal pemilihan pemimpin wilayah. Calon petahana yang didukung partai penguasa, justrukalah telak dari lawannya.

Yang mengejutkan adalah dia dikalahkan oleh seorang perempuan tukang sapu yang sehari- hari bertugas membersihkan kantor dimana sang pemimpin petahana menjalankan pemerintahannya.

Tukang sapu itu bernama Marina Udgodskaya, berusia 35 tahun. Pemimpin petahana bernama Nikolai Loktev.

Sang pemimpin petahanan hakul yakin bakal memenangkan pemilihan tersebut. Sampai- sampai tidak ada seorangpun yang berani maju untuk menantangnya dalam pemilihan walikota.

Sementara harus ada lawan sebagai syarat untuk dilakukannya pemilihan. Sehingga sang pemimpin petahana meminta si tukang sapu, Marina Udgodskaya, agar bersedia maju sebagai penantangnya.

Marina terserah maunya bos saja. Singkat cerita, si tukang sapu menjadi penantang sang petahana.

Apa yang terjadi, Marina si tukang sapu memenangkan pemlihan walikota. Dia menang telak dengan perolehan suara mencapai 62 persen lebih. Sementara sang calon petahanan hanya kebagian 32 persen lebih.

Padahal Marina tidak melakukan apa-apa untuk berusaha memenangkan pemilihan itu.

Lantas mengapa mayoritas pemilih memberikan suaranya kepada Marina?
Mereka menjawab, mereka melihat sendiri hasil kerja pemimpin yang lama. Mereka menilai dia gagal menjalankan tugasnya, baik dalam pelayanan publik maupun upaya-upaya untuk memajukan kota mereka.

Para pemilih tidak peduli pada status Marina yang hanya seorang tukang sapu. Mereka meyakini bahwa Marina Udgodskaya adalah perempuan yang baik dan sosok yang jujur. Warga kota bahkan membawakan sejumlah buku agar dibaca oleh Marina, yang mulai
baikmenjalankan pemerintahannya per 1
Oktober 2020 lalu.

Marina juga memiliki program-program yang sederhana. Dia hanya ingin membuat taman bermain untuk anak-anak, memperbaiki jalan-jalan di kota yang tak terurus, serta memperbaiki fasilitas publik lainnya demi
kenyamanan penduduk kota.

Marina berpikir sederhana untuk memberikan kebahagiaan bagi warganya.

Nah, untuk pemilihan Walikota Batam tanggal 9 Desember 2020 mendatang:

“Sebaiknya saya pilih siapa?”(*)

Tinggalkan Balasan