Pemimpin Mengubah Batam Atau Batam Mengubah Pemimpin?
Ada pemimpin perubahan. Orang-orang seperti ini adalah mereka yang memiliki tekat baja dan tak tergoyahkan. Apa yang sudah direncanakan secara matang dan diyakini benar, itu akan dilaksanakan sekuat tenaga.
Jika di tengah jalan dia menghadapi penolakan, ditentang, bahkan didemo habis-habisan pun, dia akan tetap maju karena dia yakin apa yang sedang dia lakukan sudah benar dan akan berhasil. Seringkali waktu yang akan menjawabnya, lama setelah sang pemimpin sudah berada di luar sistem.
Itu karena mereka memiliki visi yang mampu melompati waktu. Bisa melihat sangat jauh sampai puluhan tahun ke depan.
Masih ingat Letjen (Purn) Sutiyoso ketika menjabat Gubernur DKI Jakarta? Pensiunan Jenderal bintang 3 ini memimpin ibukota negara periode 6 Oktober 1997 – 7 Oktober 2007.
Hal besar yang dibuatnya adalah membenahi kesemrawutan transportasi di Jakarta dengan menghadirkan Busway.
Proyek busway itu menjadi kontroversi di zaman itu. Diprotes sana-sini. Tetapi pria yang akrab disapa Bang Yos itu menutup telinganya dan terus maju dengan visinya.
Sutiyoso ditanya dalam sebuah wawancara dengan Majalah Tempo pada tahun 2004 soal apa alasan mendasarnya sehingga ngotot membangun busway.
“Kondisi transportasi umum kita semakin berat. Tak ada keseimbangan antara pertambahan kendaraan dan pertambahan jalan. Setiap hari orang Jakarta membeli 138 unit mobil. Soalnya, harga mobil murah meriah dan bisa dicicil sampai mati. Kalau 138 mobil itu dibariskan dengan jarak 1 meter, akan menghabiskan jalan sepanjang 800 meter. Artinya, setiap hari jalanan kita berkurang 800 meter. Sedangkan kita tak bisa menambah panjang jalan,” begitu jawaban Bang Yos.
Apa yang terjadi bertahun-tahun kemudian? Publik Jakarta bisa menikmati transportasi umum yang lebih nyaman dan itu masih berfungsi sampai saat ini. Bandingkan dengan naik bus Kopaja, misalnya, dimana penumpang harus lari-lari mengejar bus, melompat dan bergelantungan seperti kondektur, turun pun harus melompat yang sangat berbahaya bagi keselamatan.
Bang Yos memilih untuk mengubah Jakarta, bukan membiarkan Jakarta mengubah dirinya. Dan, tentu saja, kita melihat hasil kerjanya sampai sekarang. Itu berhasil!
Kita kembali ke Batam. Kita akan memilih pemimpin kota ini untuk periode 2021-2026. Calonnya hanya dua pasang. Pasangan penantang DR Ir Lukita Dinarsyah Tuwo, MA – Drs Abdul Basyid Has, M.Pd melawan petahana Muhammad Rudi, SE, MM – Amsakar Achmad, S.Sos, M.Si.
Dari dua pasang calon tersebut di atas, pasangan mana yang akan mengubah Batam dan pasangan mana yang diubah oleh Batam?
Pasangan petahana sudah dan sedang memimpin Kota Batam. Apakah kita bisa melihat mereka telah mengubah Kota Batam? Mungkin, jika kita melihat dengan “kacamata khusus”.
Sementara calon penantang, Calon Nomor 01 dengan tagline “Batam Bahagia Mendunia” baru bisa menunjukkan hasilnya jika mereka mendapatkan kepercayaan dari mayoritas pemilih.
Meski begitu, kita pernah melihat sedikit hasil yang diraih Lukita ketika dia memimpin Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) antara 19 Oktober 2017 – Januari 2019.
Ada indikator sukses, dimana Lukita mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi dari 2,61 persen (terendah sepanjang sejarah Batam) menjadi 4,96 persen hanya setahun setelah memimpin.
Keberhasilan itu mendapat pengakuan dimana Lukita, sebagai Kepala BP Batam, diganjar penghargaan Indonesia Awards 2018 yang diselenggarakan iNews TV
Lukita terbaik dari Katagori pertumbuhan ekonomi, karena dia dinilai sudah memberikan sumbangsihnya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Batam, yang pada tahun sebelumnya (2017) tercatat paling rendah sepanjang sejarah.
Itu menggambarkan bahwa sebagai pemimpin BP Batam, Lukita terbukti mampu mengubah Batam, bukan Batam yang mengubah Lukita.
Menariknya, capaian itu diraih hanya dalam tempo singkat, hanya satu tahun!
Tentu saja sosok ini sangat menjanjikan. Jika dia memiliki kepercayaan yang lebih besar dan lebih luas, sebagai pemimpin Kota Batan sekaligus sebagai Ketua BP Batam (Ex Officio), ada keyakinan Lukita bisa melakukan perubahan yang lebih besar lagi.
Tetapi ini berpulang kepada masyarakat, para pemilik suara yang akan menjatuhkan pilihan mereka pada 9 Desember 2020 mendatang.
Apakah akan memilih pemimpin yang mengubah Kota Batam atau justru pilih pemimpin yang diubah oleh Batam. Nanti kita lihat!(*)