BENEWS.CO.ID – Badai Sitokin atau cytokine storm kembali jadi pembicaraan publik. Di masa pandemi Covid-19, badai sitokin kerap terjadi setelah pasien Covid sembuh atau negatif dari virus Corona.
Namun, tak hanya Covid-19, badai sitokin juga dapat terjadi pada kondisi lainnya. Waspadai sejumlah kondisi kesehatan yang menyebabkan badai sitokin selain Covid-19.
Spesialis penyakit dalam-kosultan hematologi onkologi, Ronald A Hukom menjelaskan badai sitokin adalah sindroma peradangan sistemik berat yang menyebabkan hiperaktivasi sel imun. Pada badai sitokin, sirkulasi sitokin berlebihan dan bekerja tak terkendali.
Menurut Ronald, badai sitokin dapat terjadi karena reaksi dari pengobatan maupun kondisi kesehatan tertentu.
“Dapat terjadi juga pada berbagai hal lain, termasuk akibat bermacam cara terapi, patogen dan sepsis [komplikasi berbahaya akibat infeksi], kondisi sakit seperti kanker, atau penyakit autoimun,” kata Ronald melalui surat elektronik dikutip dari CNNIndonesia.com, Senin (23/8).
Selain kondisi kesehatan tersebut, badai sitokin juga dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko. Faktor risiko badai sitokin diantaranya diabetes, obesitas, hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan kelainan paru obstruktif.
Semakin banyak faktor risiko yang dimiliki seseorang semakin berisiko mengalami badai sitokin. Orang yang mengalami badai sitokin akan mengalami sejumlah gejala antara lain, sesak napas hebat dan gagal napas, demam tinggi, hasil laboratorium darah yang tidak normal, dan gejala kerusakan berbagai organ penting.
“Belum ada terapi standar, sudah dicoba obat antiradang seperti corticosteroid dan colchicine, anti sitokin spesifik, sampai plasmaferesis atau TPE (therapeutic plasma exchange),” kata Ronald.**