Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. ! Hingga hari ini, makna dari kalimat itu sulit aku pahami artinya. Guru, menilik dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Lux Index) yang ditulis oleh Drs. Suharso & Dra. Ana Retnoningsih. Kamus ini diterbitkan oleh penerbit Widya Karya pada November tahun 2018.

gu·ru n orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar;– kencing berdiri, murid kencing berlari, pb kelakuan murid (orang bawahan) selalu mencontoh guru (orang atasannya);
Profesi mulia ini akan sangat menjadi primadona disaat tahun ajaran baru, kenaikan kelas dan bahkan memasuki tahun kenaikan kelas, yang tentu lebih terkesan dramatisir ketika pengumuman kelulusan. Momentum seorang anak didik untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi, atau hanya menimbulkan “kegaduhan” baru, ketika ijasah, atau drama sosial ditengah masyarakat akan menjadi issue renyah untuk digoreng-goreng sampai seluruh pemangku negeri mengeluarkan statemen dan bahkan aksi untuk menyikapi sebuah peristiwa. Anehnya, selalu terulang setiap tahun, dan dalam.moment moment yang sama dengan pelakon yang itu-itu juga.
“Ach sudahlah….saya tidak ingin membahas itu, sudah teramat banyak teori bahkan beragam program dan terobosan masalah itu dilakukan para pihak yang “menganggap” dirinya paling pas, dan tepat dalam memperdebatkannya.
“Eeict, jangan shouzon.dulu, saya juga tidak ingin membahas masalah rencana makan gratis di sekolah bagi anak didik, Pak Prabowo dan team yang hebat, tentu sudah memikirkannya sebelum mendengungkannya dalam kampanye Pilpres kemarin, “saya optimis dan yakin, tahu beres ajalah masalah itu.
Guru….,guru-guru ditingkat SD. Yang telah diputuskan mas menteri dengan segala terobosan super mederat dan brilliant. tentang batasan usia dan persyaratan lainnya. Itumah, tidak perlu dibahas, dengan “keputusan dan sedikit kebijakan pak walikota, atau telepon pak dewan, bahkan tokoh masyarakat setempat, Bapak/ibu kepala sekolah tentu semua akan melaksanakan, apapun yang menjadi “keinginan” tentang kesempatan sekolah, ditempat yang diinginkan orang tuanya….(itu drama berseri dengan sejuta lakon peristiwa dramatisir) Ujung-ujungnya, bapak/ibu kepala sekolah bisa apa ? Selain turut dan manut dengan keinginan yang berkembang, Ter akomodir dengan baik. Aman, terkendali. Eng…ing.eng...
Permataku…dalam tiga hari terakhir selalu gelisah dan uring-uringan, sesekali masuk kedalam kamar, menemui ibunya. Entah apa yang mereka bicarakan dan perdebatkan, tidak berapa lama Permata’ku keluar setengah berlari, dan nyaris menabrak meja, tempat cangkir kopiku, tersisa setengah gelas, hampir tumpah.
“Ada apa seh,? Koq ribut dan gelisah sekali, lari sana, lari sini, hardikku,” agak suara keras, dengan sedikit wibawa tentunya.
Tidak menjawab, Permata’ku kembali masuk kedalam kamar ibunya, kali ini dia membawa tabungan plastik berbentuk ayam, yang dibawahnya sudah agak terbuka. Sering sekali saya perhatikan, sore uang sisa jajannya dimasukkan untuk ditabung, anehnya, tidak jarang, pagi menjelang pergi sekolah, sibuk mencongkel-congkel dengan menggunakan sendok garpu, dengan diam-diam. Kadang saya tersenyum dan geli sendiri, teringat hal yang sama, dulu saat se usia anakku, hal itu juga sering aku lakukan.”hmm, turunan memang, ” gumanku dalam hati.
“Pak,.” Tiba-tiba suara anak gadisku memecah lamunanku. Teriakannya yang tidak biasa, ditambah langkah kakinya yang berlari ke arahku, tak pelak, keseimbangan tubuhku tidak bisa aku jaga. Kopiku tumpah. “Waddoh….!!
“tambahin bapak uang’ku, mami nga mau nambahin, kata mami uang jajanku selama ini sudah dilebihkan untuk ditabung untuk uang perpisahan,” suara Permata’, anak gadisku yang mulai beranjak remaja, terdengar penuh harap, sedikit memelas dengan kegalauan luar biasa. Tidak memperdulikan sisa kopiku yang mengotori lantai rumah, yang baru di pel ‘maminya, istriku tersayang. (Walau sangat cerewet. Sudahlah..)
“Emang uang apa,?” Tanyaku sok peduli, walau jujur sudah hampir setahun lebih, penghasilanku sudah macet. Kerjasama publikasi di beberapa Instansi sudah dihentikan Kabag Humas karena alasan loyalitas, dan tidak aku pahami. Selidik punya selidik, personal lah jatuhnya. “Bos-bos kecil.sedang menunjukkan taringnya, tak apa….”setiap yang ada dibawah kaki langit, ada umurnya dan batas waktunya,” teringat kata-kata oppung Luhut yang menko dan mantan jenderal itu, menghibur diri.
“Minggu depan kami pengumuman lulus SD, dan Perpisahan seluruh kelas VI SD. Kami ingin ada kado kenang-kenangan sama Bu guru kami, ibu itu baik sama PERMATA, pak.” Suara anakku, PERMATA terdengar sayu, tangisnya pecah seakan tumpah memecah keheningan pondok mungil kami yang hanya memiliki 2 kamar kecil. PERMATA terpaksa berbagi tempat tidur atas dan Abangnya memilih dibawah. Walau usia mereka sudah mulai beranjak dewasa. ” Nyesak seketika dalam dadaku,” !
(Berlanjut Part 2…..Guruku sayang, Guruku Malang)
Penulis : M.Matomdang
Pemimpin Redaksi : benews.id
No Reg MET : 0000022752021/
Sertifikasi Utama