Naik bot laju yang tak laju iTu, Gofhur harus merogoh kantongnya sebesar 100 ribu rupiah. Sementara honor sebagai penyuluh AI diterimanya Pertiga bulan sebesar 1 juta rupiah.
Penulis : Imbalo Iman Sakti Wall FB : Namaku Tan Ko Cu
Entah apa yang cocok sebutan untuk Desa itu. Bukan lagi tempat Jin Buang Anak. Padahal jaraknya hanya sekitar 30 sd 45 menit naik boat laju mesin tempel 15 PK tenaga kuda dari pelabuhan KPLP Telaga Punggur, Batam.
Naik bot laju yang tak laju itu Gofhur harus merogoh kantongnya sebesar 100 ribu rupiah. Sementara honor sebagai penyuluh AI diterimanya Pertiga bulan sebesar 1 juta rupiah.
Kemarin Senin 7 Februari 2022 aku mengunjungi Desa itu. Disana ada seorang Lelaki Dai asal Bumi Ayu Sebagai penyuluh Agama Islam bersama isterinya.
ustadz Gofhur dari Desa Penurun Subang Mas Dai Terpencil.Desa Penurun Kelurahan Subang Mas Kecamatan Galang Kota Batam Provinsi Kepri Indonesia
Naik bot laju yang tak laju itu Gofhur harus merogoh kantongnya sebesar 100 ribu rupiah. Sementara honor sebagai penyuluh AI diterimanya Pertiga bulan sebesar 1 juta rupiah?.
Di surau yang terpencil di tepi pantai hutan mangrove itu aku tidur seorang diri.( photo : Imbalo Imam Sakti)
Ada sebuah mushola kecil di Desa yang hanya berpenghuni tujuh kepala keluarga itu. Dekat surau kecil itu ada Genset yang menerangi Pulau Subang mas itu. Ada sumur airnya bisalah di tampung di tandon terletak di samping Masjid.
Di surau yang terpencil di tepi pantai hutan mangrove itu aku tidur seorang diri. Tidak banyak nyamuk dan agas seperti di pasir buluh pulau abang. Galang. Eee malah semut halus bergeriliya. Tak apalah ada kipas angin kecil dan lampu genset PLN itu nyala sampai subuh.
Ngeri-ngeri sedap juga tidur di surau itu seorang diri. seperti ada yang mengawasi dari luar dari enam pasang jendela kaca surau itu.
Diujung jalan mengarah ke surau itu jalan menuju pelabuhan Subang mas dan ke kanan nya jalan menuju pulau air Raja melalui jembatan Raja Mas. Entahlah berapa kali terbangun terkejut sejak pukul sebelas malam hingga ke azan subuh.
“Sudahlah pak Imbalo tidur di rumah saja,” ajak ustadz Gofhur padaku. Aku berkeras nak tidur di surau juga.
Sungguh sangat prihatin melihat kondisi dan keadaan ustadz Gofhur ini. Sudah lebih enam tahun beliau tinggal di desa yang sangat terpencil itu, tidak ada pendapatan yang lain, adapun tak menentu. Sedikit kebun di belakang rumahnya. rumah dan lokasi kebun pak RT yang ditempatinya ditanaminya pohon serai dan beberapa rumpun pisang.
Entah sampai kapan ustadz Gofhur bertahan dengan kondisi seperti itu. Allah sajalah yang maha tahu. Tidak ada jaringan signal dari seluler pun di desa itu mau dapat signal harus berjalan kiloan kilometer arah ke pulau tunjuk namanya dekat pulau Combon sana.
“Sabar ya ustadz Gofhur Insyaallah aku datang lagi aku berniat membawakan beberapa jenis bibit tanaman terutama bawang merah untuk di tanam disana. Kulihat tanah sekitar desa Penurun itu cocok ditanami bawang merah.
Yang tabah ya pak ustadz Ya Allah berilah kesehatan ustadz Gofhur dan rezeqih yang berkah.
Ku hubungi Pak Camat Galang Uthe Rambe sejak tiba di Desa penurun Subang Mas kukabari bahwa aku dah tiba dan besoknya akan ke pulau Air Raja. Langsung tak ada hubungan tak ada signal telephon.
“Begitulah pak yang kami rasakan selama ini, apalagi pembelajaran online kelas pak,” RT Penurun. Rasanya tak terlalu berharap banyak pada pemerintahan sekarang ini. Entahlah….(***)