Kukenal pria yang bernama Amin itu sewaktu naik pompongnya dari kampung Cate Pulau Rempang ke Pulau kecil Kalok. Dikenalkan Friden, rt di kampung Cate, masih kerabat pak Kosot kampung Sadap.
Pak Kosot ini pula kerabat dekat pak Muslim Bidin mantan Kadis Pendidikan Kota Batam. Tak tahu aku entah berapa luas pulau itu dan berapa banyak pula jumlah penduduknya. AMCF, setuju dibangun surau kecil di kampung nelayan itu.
Sebidang tanah dekat pantai dihibahkan oleh pemilik tanah tentu di ketahui perangkat desa, ya rt, rw, ternyata pak Amin rtnya. Amanlah semua urusan ketika itu.Di pulau membujur dari utara ke selatan, sepanjang kurang lebih tiga, atau empat kilo meter itu, kampung tempat rumah pak Amin di utara namanya Kalok Ujung. Kampung di selatan pula namanya Kampung Baru.
Dari Cate naik pompong ke kampung pak Amin lebih setengah jam.Saat pembangunsn, nyaris semua material yang diperlukan diangkut pompong pak Amin. Anggaran yang tersedia tidak cukup, meskipun surau yang dibangun kecil. Nyaris pula kekurangan biayanya ditalangi oleh pak Amin.
Waktu itu, Aku acap kesana, suatu ketika, saat masuk waktu sholat kuajak pak Amin berjamaah. Ternyata pria yang selalu tersenyum ramah itu adalah penganut Budha. Hampir separoh penduduk di kampung Kalok Ujung itu Budha. Aku dikenalkan pak Amin dengan lelaki asal jawa yang menikah dengan perempuan Budha masih kerabat pak Amin jadi muallaf.
Lelaki yang bernama Udin itulah teman acap bebual bila datang ke Kalok. "Udin sudah meninggal dua tahun yang lalu". Sebut pak Amin petang tadi (16/8/21) sewaktu kami bertemu di Teluk Lengong.
Pernah didatangkan seorang Dai oleh pihak AMCF, untuk di surau yang sudah selesai dan dapat dipergunakan itu. Namun tak bertahan lama. Kampung itu terlalu sepi, deburan ombak pun tak begitu terdengar. Kemarin petang, aku kesana lagi, cukup lama pula tak kesana. Maklumlah pulang pergi tak cukup lima ratus ribu rupiah biaya transport saja.
Sekarang dari Batam ke kampung Kalok Ujung sudah bisa dilalui kenderaan roda dua. Dari Batam ke kampung Tebing Tinggi Rempang naik rakit penyeberangan cukup bayar 20 ribu, hanya beberapa menit tiba di kampung Baru pulau Kalok, dari situ naik sepeda motor lagi. Ya itu tadi jalanan setapak masih semak belukar dengan resam disana sini.
Di Pulau itu kini, nyaris tak terlihat lagi pohon yang tinggi dan tunggul kayu bekas terbakar. Terlihat kebun pohon mangga belum berbuah dan pohon kelengkeng. Menurut pak Amin kebun itu milik mantan menteri yang berdomisili di Batam.
Mantan menteri itu membawa eksavator beyko kata orang tempat kami. Pak Amin minta tolong semak belukar sepanjang jalan setapak itu dibersihkan, penduduk disitu patungan beli BBM. Ya musim hujan gini jadi becek kata pak Amin sambil tersenyum. Lumayanlah pinggang orang tua umur 68 tahun tergoncang goncang dijalan seperti itu.
Tapi cukup murah dan terjangkau. Anak dari kalok sudah bisa bersekolah pulang pergi setiap hari ke SMA galang dan SMP Tanjung Kertang. Anak sekolah macam saya ini bayar lima ribu aja Tok. Ujar cucuk pak Jafar yang tinggal di Kalok Tengah. Azan lah, ujarku pada ijal, ia anak yatim, putra bungsu mantan pak RT lama.
Waktu ashar sudah masuk kami ke surau, setengah jam menunggu tak seorang lelaki pun yang datang. Orang banyak pergi ke Batam. terang Ijal padaku menjelaskan si ini si itu tak ada dirumah, udah ijal tengok kerumahnya Tok katanya lagi.
"Tak ape lah jal kita sholat saja, pak Ali guru SMP 41 Batam yang ikut bersama kami mengumandangkan qomat, kami pun sholat. Ini ada kain sarung titipan dari pak Taba Iskandar, kuberikan setelah selesai sholat. Terima kasih Tok ujarnya.
Kuhubungi pak Amin, ternyata dia belum pulang masih di Batam, mungking seminggu disini ujarnya. Seorang anak lelaki pak Amin telah memeluk Islam. (Bersambung....ke Bagian II)
(Tulisan sudah diterbitkan dilaman Medsos FB Imbalo Batam)